Komponis pejuang dan maestro musik legendaris ini dianugerahi gelar
pahlawan nasional oleh Presiden RI, dalam rangkaian Hari Pahlawan 10
November 2004 di Istana Negara. Dia dikenal sebagai pejuang dan tokoh
seniman pencipta lagu bernuansa perjuangan yang dapat mendorong semangat
membela kemerdekaan.
Ismail Marzuki kelahiran kampung Kwitang, Jakarta Pusat, pada tahun 1914
ini menciptakan sekitar 250 lagu. Karya-karyanya sampai hari ini masih
sering terdengar, antara lain Juwita Malam, Sepasang Mata Bola,
Selendang Sutera, Sabda Alam, dan Indonesia Pusaka.
Pada tahun 1931, Maing– sapaan akrab Ismail Marzuki– memulai menciptakan
lagu “O Sarinah” yang menggambarkan suatu kondisi kehidupan bangsa yang
tertindas. Lagu-lagu ciptaannya antara lain Rayuan Pulau Kelapa yang
dicipta tahun 1944, Gugur Bunga (1945), Halo-Halo Bandung (1946),
Selendang Sutera (1946), Sepasang Mata Bola (1946), dan Melati di Tapal
Batas (1947).
Komponis pelopor yang wafat 25 Mei 1958, ini telah melahirkan lagu-lagu
kepahlawanan, yang menggugah jiwa nasionalisme. Maestro musik ini
menyandang predikat komponis pejuang legendaris Indonesia.
Sejak tahun 1930-an hingga 1950-an, dia menciptakan sekitar dua ratus
lima puluh lagu dengan berbagai tema dan jenis aliran musik yang
memesona. Hingga saat ini, lagu-lagu karyanya yang abadi masih dikenang
dan terus berkumandang di masyarakat. Dalam dunia seni musik Indonesia,
kehadiran putra Betawi ini mewarnai sejarah dan dinamika pasang surutnya
musik Indonesia.
Sebagai komponis, dia dikenal produktif dan pandai melahirkan
karya-karya yang mendapatkan apresiasi tinggi dari masyarakat. Dalam
bermusik, dia mempunyai kebebasan berekspresi, leluasa bergerak dari
satu jenis aliran musik ke jenis aliran musik yang lain. Ia juga punya
kemampuan menangkap inspirasi lagunya dengan beragam tema.
Keterpesonaan Ismail Marzuki pada sisi-sisi romantisme masa perjuangan
melahirkan lagu-lagu bertema cinta dan perjuangan. Meski lagu-lagu
karyanya tampak sederhana, syairnya sangat kuat, melodius, dan punya
nilai keabadian.
Lagu-lagunya hingga sekarang masih tetap hidup dan disukai tua dan muda
seperti Sepasang Mata Bola, Selendang Sutra, Melati di Tapal Batas,
Aryati, Jangan Ditanya ke Mana Aku Pergi, Payung Fantasi, Sabda Alam,
Kopral Jono, dan Sersan Mayorku.
Gelar pahlawan nasional dianugerahkan kepadanya bersama lima putra
terbaik bangsa lainnya, yakni Maskoen Soemadiredja, Andi Mappanyukki,
Raja Ali Haji, KH. Achmad Ri’fai, dan Gatot Mangkoepradja. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan dalam rangkaian peringatan Hari
Pahlawan 10 November, di Istana Negara Rabu (10/11/2004).
Ismail Marzuki memang seorang komponis besar yang sampai saat ini boleh
jadi belum ada yang dapat menggantikannya. Karena itu, memang sudah
layak diberikan penghormatan padanya sebagai pahlawan nasional.
Karya-karya Ismail Marzuki memang kaya, baik soal melodi maupun
liriknya. Ia pun mencipta lagu dengan bermacam warna, salah satunya
keroncong, di antaranya Bandung Selatan di Waktu Malam dan Selamat
Datang Pahlawan Muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar